Allah swt telah mengutus banyak Nabi di Palestina, seorang diantara mereka adalah Nabi Isa 'alaihissalam. Menurut Imam Ibnu Katsir dalam kitab Bidayah wa an-Nihayah, putra Maryam tersebut lahir di Baitul Lahm (Bethlehem), kini termasuk wilayah Tepi Barat Palestina, lokasi tempat kelahirannya tak jauh dari Masjid al-Aqsha atau Baitul Maqdis.
Namun, saat mengetahui ihwal kelahiran Isa 'alaihissalam, orang-orang Yahudi malah mengolok-olok dan memfitnah Maryam sebab mereka yakin bahwa putri Imran itu telah melahirkan seorang bayi dari hasil hubungan gelap. Orang-orang Yahudi itu pun bertanya-tanya tentang siapa bayi itu. Namun, Maryam tidak menjawab pertanyaan mereka sebab Jibril telah menyampaikan kepadanya perintah Allah yakni agar ia bernazar tidak berbicara dengan siapapun.
Atas petunjuk Allah swt, Sayidah Maryam menunjuk kepada putranya supaya berbicara menjelaskan, tetapi orang-orang Yahudi itu masih bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa bicara dengan bayi. "Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" QS Maryam: 29
Atas karunia Allah swt, Nabi Isa yang masih bayi dan dalam gendongan ibunya itu berbicara dan menjelaskan kepada orang-orang Yahudi itu bahwa ia adalah hamba Allah swt, dan bahwa Allah swt akan memberikan kepadanya kitab Injil, dan Allah swt akan menjadikannya seorang nabi. "Dia (Isa) berkata, "Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi." QS Maryam: 30
Ibnu Katsir berkata bahwa ini adalah kalimat yang pertama diucapkan oleh Nabi Isa putra Sayidah Maryam dan kata awal yang diucapkan Nabi Isa adalah Inni 'Abdullah atau aku adalah hamba Allah swt. Lebih lanjut Ibnu Katsir menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut Nabi Isa mengaku pada Tuhannya bahwa Allah swt adalah Tuhannya, maka dengan itu Nabi Isa menolak perkataan orang-orang zalim yang menyebut bahwa Nabi Isa adalah anak Tuhan. Sebaliknya, ayat tersebut dengan jelas menegaskan bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah swt dan RasulNya serta anak dari seorang hamba perempuan yakni Sayidah Maryam. Maka Nabi Isa membebaskan ibunya itu dari setiap tudingan orang-orang jahil.
Dalam tafsir Tahlili, Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an (LPMQ), dijelaskan bahwa ucapan Nabi Isa tersebut mengandung penjelasan bahwa ibunya yakni Sayidah Maryam adalah seorang wanita yang suci, karena seorang Nabi harus dari keturunan orang yang saleh dan suci. Nabi Isa yang masih bayi lantas berdo'a kepada Allah swt atas kelahirannya, "Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." QS Maryam: 33
Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengingkari bahwa Isa pernah berbicara ketika masih bayi dan masih dalam gendongan. Mereka mengemukakan bahwa seandainya hal ini betul-betul terjadi tentu beritanya tersebar luas di kalangan masyarakat ramai, karena peristiwa itu merupakan hal yang sangat aneh dan sangat menarik perhatian (tafsir Tahlili, LPMQ).
Mereka telah mengadakan penyelidikan ke mana-mana dan tidak menjumpai keterangan itu dalam kitab-kitabnya. Bagi kaum Muslimin, peristiwa ini tetap menjadi suatu keyakinan karena tersebut di dalam al-Qur'an yang pasti kebenarannya karena seandainya Isa tidak berbicara waktu kecilnya dan membersihkan ibunya dari segala tuduhan yang kotor tentu orang Yahudi akan melaksanakan hukuman rajam kepada Maryam, besar kemungkinan bahwa yang menyaksikan ucapan bayi itu beberapa orang saja yang jumlahnya terbatas sehingga tidak sampai tersebar luas di kalangan mereka.