Diantara sekian banyak makhluk Allah SWT yang ada hubungannya dengan diri kita, Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling utama untuk kita hormati, kita muliakan dan tinggikan. Sebab kalau bukan karena Beliau, dimanakah Allah akan memberikan petunjuk kepada kita. Mana mungkin kita akan tahu perbedaan yang haq dengan yang bathil, antara yang mudharat dengan yang bermanfaat? Beliaulah yang membimbing kita kepada keselamatan dunia dan akhirat. Dia yang mengeluarkan kita dari gelap gulita kekufuran kepada cahaya kebenaran, kepada petunjuk, anugerah dan rahmat.
Tidak pantas sekiranya kita lupakan jasa Beliau yang begitu besar. Semua orang yang berakal budi mesti merasakan hal itu. Dia merasa berhutang budi kepada Nabi SAW, sebagaimana kepada ibu bapaknya dan gurunya, bahkan lebih daripada itu. Namun bagaimana seharusnya cara kita menghormati Nabi SAW? Bukankah umat-umat yang terdahulu, banyak yang tersesat karena tidak tahu bagaimana cara menghormati Nabi dan Rasulnya, sehingga orang-orang Nasrani mengatakan bahwa Isa al-Masih itu adalah Anak Allah yang menjelmakan dirinya sebagai manusia untuk penebus dosa manusia. Mereka mengatakan bahwa dia Tuhan, sebab mampu menyembuhkan orang sakit, menyembuhkan orang buta, dan lain-lain keajaiban yang diberikan Tuhan dengan izinNya. Jadi dengan perbuatan yang demikian kaum Nasrani telah terbalik lantaran terlalu hormat dan cinta, hak Allah SWT diberikan kepada Nabi. Itulah sebabnya maka orang Islam diberi tuntunan oleh Allah tentang bagaimana caranya menghormati Nabi SAW.
Hormat kepada Pemimpin tentu sudah pasti, namun jangan sampai menuhankan pemimpin. Mula-mula hendaklah diketahui bahwa Nabi itu hanya seorang manusia seperti kita juga, tetapi dia diberi kelebihan dan keutamaan, sehingga berbeda dengan manusia biasa. Akalnya dituntun dengan wahyu, oleh karena tidak sama akalnya dengan akal manusia biasa.
Pada zaman Rasulullah SAW sudah diatur bahwa tidak boleh sama seklai sahabat-sahabat meninggikan suara lebih keras daripada suara Nabi, tegasnya mesti menundukkan kepala, dibedakan pangkatnya dengan kawan sebaya. Karena apabila Nabi SAW diringankan demikian saja, niscaya segala amalan nanti tidak dikerjakan dengan penuh minat dan sungguh-sungguh tetapi dibuat enteng saja:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu angkat suaramu lebih tinggi dari suara Nabi, dan janganlah kamu lantangkan suara kepadanya seperti kamu berbicara diantara sesama kamu, karena hal itu akan menjatuhkan amalan kamu, padahal kamu tidak merasa. Sesungguhyna orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, itulah orang yang diuji Allah hati mereka untuk mencapai takwa, bagi mereka mapunan dan pahala yang besar." QS al-Hujurat: 2-3
Dahulu ada orang yang pernah memanggil-manggil Nabi SAW dari luar dinding rumahnya. Itu merupakan satu sikap yang tidak sopan dan telah ditegur oleh Allah SWT dalam QS al-Hujurat ayat 4 "Orang-orang yang memanggilmu dari luar dinding itu, kebanyakan ialah orang-orang yang tidak berakal budi."
Adapula orang-orang yang keluar saja dari majlis Nabi SAW tanpa minta izin, seakan-akan dipandangnya segala yang dibicarakan Nabi SAW itu tidak ada harganya, itu pun telah dilarang keras, jika akan keluar dari majlis Nabi SAW harus meminta izin lebih dulu, setelah diberi izin baru boleh keluar.
Adapula orang-orang yang berbisik-bisik, menyatakan bahwa kalau Nabi SAW meninggal dia hendak menikahi Sayyidatuna 'Aisyah, istri Nabi SAW yang paling dicintai. Perkataan tersebut pun sangat jauh daripada hormat, sebab itu jatuh pula larangan bahwa janda-janda Nabi itu ialah Ibu Muslimin sekalian. Bila Nabi SAW wafat mereka tidak boleh dinikahi oleh siapapun.
Sopan Santun kepada Perintahnya
Ikuti dengan patuh dan tunduk segala perintahnya sebab segala perintahnya itu datang dari Allah SWT. Barangsiapa yang durhaka kepada Nabi SAW berarti durhaka pula kepada Allah SWT karena perintah Rasul SAW itu asalnya dari Allah. Dan kalau dia menjatuhkan hukuman wajiblah hukumannya itu dijunjung tinggi, "Tidaklah patut bagi seorang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, apabila telah menghukumkan Allah dan RasulNya atas suatu perkara, bahwa mereka akan menukarnya dengan memilih yang lain dalam pekerjaan mereka; dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan RAsulNya sesungguhnya sesatlah a, seat yang nyata sekali." QS al-Ahzab: 26
"Apa-apa yang didatangkan kepadamu oleh Rasul, hendaklah kamu ambil dan apa-apa yang dilarangnya hendaklah kamu tinggalkan, dan takutlah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah sangatlah pedih siksaNya." QS al-Hasr: 7
Oleh karena itu diaturlah oleh Allah suatu ucapan terhadap Rasul yaitu shalawat dan salam, "Sesungguhnnya Allah dan Malaikat-MalaikatNya bershalawat kepada Nabi SAW. Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah keadanya dan ucapkanlah salam." QS al-Ahzab: 56
Dibelakang nama Beliau senantiasa dilekatkan Shallallohu 'Alaihi Wasallam (semoga shalawat dan salam Tuhan tetaplah padanya). Ucapan itulah sebagai ganti terima kasih kita atas jasa Beliau yang sangat besar.
Meskipun Rasululloh SAW telah meninggal dunia, sahabat-sahabat Beliau dan Imam-Imam yang besar sepeninggal Beliau masih tetap memegang kehormatan dan kesopanan yang demikian. Abdulloh bin Umar RA biasa berdiri dengan hormat pada tempat-tempat yang biasa Rasul SAW berdiri dan duduk di tempat yang biasa diduduki Rasul SAW.
Imam Malik, Imam yang masyhur itu yang bergelar Imam Darul Hijrah (Imam di negeri tempat Nabi Hijrah/Madinah) senantiasa memakai baju yang baru, memakai minyak wangi terbaik dan berwudlu apabila beliau akan mengajarkan kitab al-Muwatta'nya didekat makam Rasululloh SAW. Dan setiap kali beliau membacakan satu Hadits, beliau berkata: "Telah menyampaikan kepadaku Nafi', dan Nafi' itu menerima dari yang mempunyai makam ini" dengan isyarat tangan kepada kubur itu dengan sangat hormatnya.
Abu Ja'far al-Mansyur, Khalifah Bani Abbas yang masyhur itu setiap kali beliau pergi naik haji ke Baitullah dan singgah di Madinah, sebelum masuk ke dalam kota lebih dulu turun dari atas kendaraannya. Seketika ditanya oleh orang apa sebabnya beliau berbuat demikian padahal Khalifah-Khalifah sebelumnya tidak berbuat begitu, beliau menjawab bahwa hatinya tidak tega menaiki kendaraannya di atas tanah yang mengandung tubuh Nabi SAW di dalamnya.
Demikianlah adab kesopanan terhadap Rasululloh SAW yang patut kita teladani sebagai orang yang memiliki akal kecerdasan yang tinggi dan telah faham akan hakikat agama. Semoga kita mendapatkan syafa'at Beliau di hari kemudian.
Referensi: Hamka, Prof. DR. Falsafah Hidup. 2006. Pustaka Dini Sdn. Bhd