Dalam sebuah kesempatan, seorang teman menunjukkan sebuah video kepada saya, video tentang induk burung yang merawat anak-anaknya; memberi makan satu per satu dan melindungi dari serangan pemangsa. Lalu teman tersebut berseloroh, "Bagaimana nasib anak-anak burung tersebut ketika induknya pergi mencari makan lalu tidak kembali karena ditangkap pemburu atau pencinta burung?" Saya diam sesaat dan menyahut, "Dzolim". Iya, betapa dzolim dan "buasnya" kita sebagai manusia dimana seharusnya kita menjadi pelindung tapi justeru menjelma menjadi pembunuh yang kejam.
Pada kesempatan lain, saya teringat sebuah kisah tentang keinginan Nabi Sulaiman 'alaihissalam untuk memberi makan semua makhluk hidup di bumi ini karena berkah kekayaannya. Konon apabila kekayaan orang-orang terkaya di dunia sekarang jika disatukan tidak akan mampu menandingi kekayaan Nabi Sulaiman 'alaihissalam.
Suatu ketika Nabi Sulaiman 'alaihissalam berkeinginan dan merasa mampu memberi makan semua makhluk hidup di bumi termasuk hewan di darat, laut, dan udara. Nabi Sulaiman 'alaihissalam memohon kepada Allah untuk mengizinkannya memberi makan semua makhluk hidup di bumi namun Allah 'azza wajalla tidak langsung mengabulkan dan menjawab, "Sesungguhnya engkau (Nabi Sulaiman) tidak akan mampu".
Nabi Sulaiman 'alaihissalam tidak menyerah dan kembali memohon agar diperkenankan, hingga akhirnya Allah mengabulkan do'a Nabi Sulaiman 'alaihissalam tersebut. Maka mulailah Nabi Sulaiman 'alaihissalam memerintahkan para pasukannya, mulai dari manusia hingga jin untuk memberitahu kepada seluruh makhluk hidup di bumi untuk menghadiri undangan jamuan makannya. Makanan yang disajikan Nabi Sulaiman 'alahissalam memiliki panjang setara dengan satu bulan perjalanan, begitupun dengan lebarnya.
Kemudian Allah 'azza wajalla bertanya kepada Nabi Sulaiman 'alahissalam, "Makhluk manakah yang akan memulai (memakan hidangan yang kamu sediakan)?" Nabi Sulaiman 'alaihissalm menjawab, "mereka yang mendarat di darat dan laut". Dengan izinNya, datanglah satu makhluk besar dari golongan ikan untuk pertama kali menyantap makanan yang disajikan Nabi Sulaiman 'alaihissalam. Alangkah terkejutnya Nabi Sulaiman 'alaihissalam ketika melihat satu ikan besar itu melahap semua hidangan yang sudah disediakannya. Ikan itu berkata, "Hai Sulaiman, kenyangkanlah perutku, kini aku masih lapar". Nabi Sulaiman 'alaihissalam tertegun dan langsung bersujud sambil menangis memohon ampun kepada Allah 'azza wajalla karena telah merasa sombong dan merasa mampu memberi makan semua makhluk hidup, satu ikan saja ternyata masih belum cukup.
Saudaraku, siapalah kita dibandingkan dengan Nabi Sulaiman 'alaihissalam lalu ingin menyaingi Beliau untuk memberi makan makhlukNya (burung peliharaan)? Bukankah kita telah sombong kepada Nabi Sulaiman bahkan sombong terhadap Allah Yang Maha Kaya? Apakah kita yakin telah menjamin kebutuhan fisik burung tersebut saat mampu memberinya pisang, pelet, atau makanan burung terbaik sekalipun? Lalu bagaimana dengan kebutuhan psikisnya untuk hidup bebas bersama anak-anak dan burung lainnya?
Kepunyaan Allahlah langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, sungguh kita telah sombong apabila ingin menjadi "perantara" rizki makhluk lain ketika jaminan Allah telah jelas dan tegas. Jangan sampai kita termasuk golongan makhluk yang sombong (iblis) karena kesombongan itu pakaian Allah, hanya Dia yang berhak mengenakannya.