"Ya Allah, cabutlah dari diri kami segala ketakaburan, sehalus apapun dan golongkan kami menjadi orang yang tawadhu, benar-benar ikhlas karena Engkau, aamiin ya Rabbal'alamin."
Patut kita fahami bahwa penyakit hati itu berbeda dengan penyakit lahir. Kalau penyakit lahir cepat merasanya, cepat mengakunya, ingin segera disembuhkan meskipun harus membayar mahal. Lain halnya dengan orang yang berpenyakit qalbu (hati), dia tidak mau mengaku, apalagi disembuhkan, bahkan menganggap orang lain yang berpenyakit.
Pernahkah bertemu dengan seseorang yang bawaannya tidak nyaman, tidak betah? Mengapa? Salah satu sebabnya adalah orang tersebut memancarkan aura ketakaburan yang membuat kita tidak nyaman.
Orang sombong atau takabur akan memposisikan dirinya lebih dari orang lain; lebih tinggi jabatannya, lebih dekat dengan dengan kekuasaan, lebih banyak relasi dengan pejabat, lebih berilmu, lebih dewasa, lebih bijaksana, lebih saleh, dan lebih banyak ibadahnya.
Menurut Rasulullah SAW, takabur memiliki dua ciri,"Orang yang takabur itu mendustakan kebenaran dan menganggap remeh orang lain." Makanya, orang-orang yang takabur itu akan terlihat dari raut muka, cara berdehem, cara menunjuk, cara duduknya. Dia akan menampilkan dirinya lebih dari orang lain. Kata-katanya cenderung meremehkan, mencela, menghina, menertawakan orang lain. Timbul sifat sombong. Padahal, hal ini amat dibenci oleh Allah Ta'ala. Apa yang mau disombongkan dari kita, manusia yang hina dan lemah?
Maka, Allah Ta'ala menghujamkan kegelisahan kepada orang yang takabur. Dia menjadi sosok yang jauh dari ketenangan. Dia tidak mau mendapat informasi dan nasihat apapun karena dia merasa paling benar. Dia menjadi anti kritik dan anti dikoreksi. Ciri lainnya adalah dia sangat sulit berterimakasih dan enggan meminta maaf. Apabila ada orang yang berbuat kebaikan kepada dirinya, itu dianggap sebagai sebuah keharusan. Maka, orang yang sombong itu jarang berterimakasih. Kalau pun berterimakasih hanya sekadar basa-basi.
Orang takabur dengan demikian adalah orang yang sangat bodoh dan pembohong. Dia bodoh karena tidak tahu bahwa dirinya hanya hamba Allah. Asalnya setetes sperma, ujungnya jadi bangkai, kemana-mana bawa kotoran. Kalau tidur pun tidak berdaya. Dia juga seorang pembohong karena membohongi diri sendiri. Tahu bahwa ilmu dan fisiknya terbatas, tetapi merasa sok hebat. Dan ketahuilah bahwa diantara semua jenis takabur, tiada takabur terjahat selain mendustakan Allah dan dibawahnya lagi mendustakan Rasulullah SAW.
Lalu bagaimana cara kita mengatasi penyakit ini? Tiada cara terbaik selain belajar tawadhu, rendah hati. Orang yang rendah hati itu nikmat bagi dirinya. Nikmat pula bagi orang lain. Kita tidak akan pernah rugi menjadi pribadi rendah hati. Adapun yang pasti rugi adalah orang yang tinggi hati.
Semoga Allah Ta'ala melindungi kita dari ketakaburan, dan semoga pula kita menjadi orang yang selalu merunduk ketika mendapatkan nasihat kebenaran. Kita berterimakasih kepada siapapun yang memberikan nasihat. Kita pun tidak sungkan untuk meminta maaf ketika melakukan kesalahan sekecil apapun.
Referensi: Gymanstiar, Abdullah. Ikhtiar Meraih Ridho Allah (Kompilasi Pemahaman Tauhid Dalam Kehidupan). 2019. Emqies Pulishing.