Sejarah tak akan ada habis-habisnya, ada banyak hal yang bisa kita sampaikan baik pesan moral didalamnya ataupun memberikan informasi pengetahuan sejarah Bangsa ini kepada masyarakat yang ada kini agar mereka tau dan paham.
Salah satunya Lombok, daerah yang terkenal dengan gelar “Pulau Seribu Masjid” ini juga memiliki berbagai ragam sejarah yang patut kita telusuri.
TGH. Muhammad Ali Batu, beliau ini siapa sebenarnya?
Siapa? Sebuah pertanyaan terlintas kala mendengar nama TGH. Muhammad Ali Batu, sebuah nama yang selalu ada dalam sejarah penyebaran Agama dan Simbol perlawanan terhadap penjajahan kala itu. Di mata para sejarawan lokal beliau adalah sesosok yang sangat disegani kala zamannya.
Selai itu, TGH. Muhammad Ali Batu dikenal sebagai pemersatu umat khususnya umat islam baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata dari perpecahan dan juga sebagai pejuang dalam perang melawan kekuasaan penjajahan Hindu-Bali yang ada di Pulau Lombok.
Sesosok Tokoh Kharismatik
Sejarah menuturkan tentang tokoh yang satu ini, TGH. Muhammad Ali Batu. Kharismatik beliau menjadi modal utama dalam mempersatukan semua kalangan yang ada di Lombok yang terkenal sangat sulit untuk diwujudkan, dengan harapan masyarakat yang ada di Pulau Lombok dapat dalam satu kekompakan.
Tutur dan catatan sejarah lampau yang dituliskan oleh belanda mengatakan bahwa
“Di tanah ini (Lombok), Haji Muhammad Ali menebarkan benih thoriqotnya…….(yang menurut catatan Belanda disebut dengan “ Sekte Nakasabandrija)”.
Orang-orang berdatangan kepada Mohammad Ali di Sakra minta dibiat masuk thoriqotnya, kaum bangsawan dan juga rakyat jelata menganggap suatu keberuntungan apabila diperboleh bergabung dalam barisan para murid yang melakukan ziarah ke tempat kediaman sang guru suci (Laporan Belanda, Minggu 28-10-1897 s/d 4-11-1897 (KV 28-11-1896,V19, hal 26-28).
Kekurangan pengetahuan dan keterbelakangan pemikiran yang membut orang Sasak saat itu selalu terpecah-belah pada khususnya dapat di ketahui dari Babad Selaparang babad sakre-Karang Asem. “Terkisahkan sekarang di Bali, sudah siap lengkap perbekalan dan senjata, para Gusti di perintahkan untuk mencari kapal layar tempat bekal mesin dan peluru”.
Ada bantuan dari Tabanan, Buleleng, dan Mangwi juga ikut membantu. Begitulah ceritnya (persiapan itu) sangat baik, kata musyawarah itu, “Raja Sasak itu semuanya tolol” (Babad Selaparang Bait; 451) “Mule meno kelampan Sasak, ndarak pade mele ngasorin, mele mesak-mesak, kewastuan pade cerengeh, marak beberas pesiaq tetolang, ndarak pade likat mudi ” (Babad Sakre-Karang Asem)
Kepahlawanan TGH. Muhammad Ali Batu
Sebuah catatan sejarah yang terdapat didalam laporan seorang Belanda bernama Van Der Krann (1980) yang mengutip pokok-pokok pembahasan Neeb & Asbeck Brusse pada tahun 1897 dan dalam Babad Lombok II.
“Pada tahun 1891 orang Muslim dari suku Sasak di Lombok melakukan pemberontakan terhadap pemerintah raja Bali (Anak Agung Ngurah Karang Asem). Ini bukanlah pemberontakan yang pertama, tetapi memeang yang paling dahsyat. Berbeda dengan sebelumnya, maka pemberontakan kali ini tidak dapat di padamkan.
Mereka mengakui kekuatan dan Kepahlawanan sari seorang yang bernama TGH. Muhammad Ali Batu ketika ingin menguasai Lombok sepenuhnya.
Sedangkan dalam catatan sejarah lainnya yaitu Babad Lombok II digambarkan dengan tujuan perjuangan suci itu sebagai berikut : “ Mun kesukaq Allah luih, Te beriuk ngiring Tuan Guru, Turut perang sabil andang Bat, Mun te pade menang lemaq, Ite pade, ndek te buring te pegisiq, Rakse, dese, dasan te iriq, Petin kebon bangket te kawih ndidik anak jari, Gen payas gumi Selaprang seseniq”.
Untuk lebih detai dan secara terperinci ulasan tentang sejarah kepahlawanan TGH. Muhammad Ali Batu ini dapat di baca dalam Babad Sakre-Karang Asem. Babad ini belum lama berselang diterbitkan oleh Yayasan Kerta Raharja di Sakra.
Perjalanan Suci TGH. Muhammad Ali Batu
Perjuangan dan Islam menjadi dua hal yang tak terpisahkan dari seorang sosok TGH. Muhammad Ali Batu di Lombok.
TGH. Muhammad Ali Batu Juga pernah melakukan sebuah perjalanan sejarah yang sangat panjang dalam meperdalamdan memperkuat kembali keilmuan agamanya yaitu tashawuf atau thoriqot, hal tersebut dapat dituturkan oleh Bapak Guru Syekh Abdusshomad Habibullah sebagai berikut:
Didalam sejarah dituturkan bahwa TGH. Muhammad Ali Batu pernah melakukan perjalanan Panjang dengan sebuah pelayaran menuju ke Mekkah (Kota Suci Umat Islam) yang berada di kawasan jazirah Arab.
Perjalanan beliau ini dilakukan atas perintah yang datang melalui mimpi beberapa kali sebelum menyakinkan bahwa mimpi itu adalah sebuah petunjuk tentang apa yang harus dilakukannya.
Didalam mempi beliau tersebut juga memerintahkannya untuk melakukan suatu pelayaran ke ke Negeri suci Mekkah dengan membawa perbekalan hanya berupa 160 biji paku, sebuah palu dan sebuah sabuk Saje sepanjang 40 Depa (40 Meter).
Selanjutnya, beliau sampai pada mimpi yang ketiga beliau belum juga melaksanakan perintah mimpi itu hingga akhirnya pada mimpi yang keempat beliau baru berlayar dengan ditemani oleh seorang sahabatnya yaitu Guru Adam dari desa Aik Mual Praya.
Selanjutnya, dalam perjalanannya, beliau menghadapi berbagai rintangan hingga menyebabkan perahunya pecah.
Singkat cerita pada suatu ketika saat perjalanan beliau sampai ke Mesir, kala itu beliau akan melanjutkan sebuah perjalanan melewati sebuah sungai besar yang sekarang kita kenal dengan nama sungai Nil, Kononnya di sungai itu yang airnya dapat dapat mengubah segala benda yang jatuh didalam membatu (keras bagaikan batu).
Nyali beliau sempat hilang kala , mengetahui hal tersebut. Namun beliau tak mengenal putus asa, lalu diambillah debu untuk bertayyamum dan kemudian melaksanakan sholat sunnat setelah sholat beliau berdo’a mohon kepada Allah SWT. agar segera di pertolongan dari kesulitan yang dihadapinya.
Dan yang terjadi adalah sang penguasa semesta Allah SWT. mengabulkan do’anya dengan menurunkan hujan badai dahsyat yang menyebabkan sebatang pohon besar tumbang dengan posisi melintang seperti sebuah titian di atas sungai itu.
Dengan hati-hati beliau berjalan di atas pohon yang tumbang itu dan berhasil melewati sungai terebut. Namun karena rasa penasaran dengan apa yang di lihatnya, beliau mencoba untuk membuktikan dengan mencelupkan jari telunjuknya kedalam sungai.Dengan kekuasaan Allah SWT.
Jadi beliau segera berubah membatu (menjadi keras bagaikan batu) dan oleh karena jari yang telah membatu inilah akhirnya gelar Muhammad Ali “ Batu “ dinisbahkan kepadanya.
Sumber: https://selaparangtv.id/9433/tgh-muhammad-ali-batu-panutan-masyarakat-sasak/