Petugas Mulai Kewalahan, BTNGR Usulkan Status Darurat
MATARAM – Upaya tim gabungan memadamkan kebakaran kawasan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani masih berlangsung. Terlebih kawasan hutan yang terbakar luasnya mencapai ribuan hektare. Baik itu di jalur pendakian Resort Senaru, Sembalun, Aikmel, Timbanuh dan lainnya.
Dari pemantauan petugas pemadaman yang dikerahkan ke lokasi, masih ditemukan munculnya titik api baru di beberapa wilayah. Dampak kebakaran yang begitu luas membuat petugas pemadaman pun mulai kewalahan. Terlebih pemadaman sendiri dilakukan dengan menggunakan peralatan seadanya, termasuk juga karena keterbatas tim dan lokasi yang terbakar juga sulit untuk dijangkau. ‘’Yang menjadi kendala adalah topografi areal yang terbakar berada di jalur terjal dan curam sehingga sulit dijangkau petugas kita,‘’ kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Dedi Asriady, Selasa (22/10).
Upaya pemadaman juga terkendala kondisi angin kencang disertai dengan cuaca panas. Sehingga menyebabkan api begitu cepat menjalar tanaman yang mudah terbakar di sekitarnya. Baik itu rumput, savana, ilalang, semak perdu, dedaunan, termasuk pepohonan yang sudah mengering. Tiupan angin kencang juga menyebabkan pohon rawan tumbang. Semua itu semakin mempersulit dan membahayakan tim untuk memadamkan api. ‘’Ketersedian air yang terbatas juga menjadi kendala kita,’’ tambah Dedi.
Untuk pemadaman hari kemarin, lanjutnya, meski beberapa titik api telah berhasil dipadamkan. Namun titik api baru masih terus bermunculan di beberapa lokasi. Baik itu di jalur pendakian Senaru, Sembalun, Aikmel, Aikberik, Joben dan beberapa titik pendakian yang lain. Seperti sebelah bawah puncak Rinjani, sebelah atas simpangan antara jalur Sembalun dengan jalur pendakian Bawah Nao dan sebelah utara Gunung Sangkareang. ‘’Termasuk juga dari informasi tim Aikmel, juga terpantau ada titik api di sebelah timur Cemara Rompes wilayah kerja Resort Aikmel. Tim pun langsung menuju lokasi tersebut melalui jalur Sampit Desa Toya,‘’ imbuh dia.
Begitu halnya juga dengan tim Senaru, hingga kemarin masih terus melakukan pemadaman. Namun tim Senaru kesulitan memadamkan kobaran api di sebelah barat KM 5 yang merupakan jalur pendakian Senaru. ‘’Di jalur pendakian itu juga terpantau titik api baru,’’ beber dia.
Selain melakukan pemadaman, BTNGR juga mengevakuasi para pendaki yang sempat naik melalui jalur pendakian Aikberik sejumlah 22 orang. Semuanya adalah mahasiswa. Mereka dipastikan dalam keadaan aman dan posisinya sudah tidak lagi berada di jalur pendakian yang terbakar. Para pendaki tersebut segera akan dibawa turun. ‘’Khusus untuk jalur pendakian Aikberik ini aman. Karena tidak ada ditemukan titik api di sepanjang jalur itu,‘’ lanjut dia.
Dedi menyebutkan, dampak kebakaran kawasan hutan Rinjani terus meluas hingga masuk hari keempat kemarin. Luasnya diperkirakan bertambah hingga 6 ribu hektare lebih. ‘’Perkiraan luas kawasan hutan yang terbakar bersumber dari komplikasi data di lapangan dan data satelit,‘’ sebut Dedi.
Pemadaman, kata dia, tidak cukup hanya mengandalkan cara manual. Apalagi jumlah petugas yang dikerahkan sangat tidak sebanding dengan luas lahan yang terbakar. Untuk itu, mereka telah menyiapkan berbagai langkah untuk menangani kebakaran kawasan hutan Rinjani ini. Di antaranya tim yang ada di lokasi terus diminta untuk melakukan pemantauan munculnya titik api baru. Termasuk juga berencana untuk membuat usulan penetapan status kondisi darurat kebakaran. ‘’Kita juga akan membuat surat permohonan bantuan peralatan manual dan bantun helikopter ke BPBD untuk mamaksimlakan penanaganan kebakaran hutan ini. Kita juga akan buat pokso pengendalian kebakaran hutan di Resort Senaru Sembalun,’’ pungkas Dedi.
Di lain tempat, Kapolres Lombok Utara, AKBP Herman Suriyono mengklaim tim gabungan pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) jalur pendakian Senaru Kecamatan Bayan Lombok Utara, telah berhasil dipadamkan. Sekarang ini hanya tersisa kepulan asap sisa pemadaman yang ditiup angin saja. “Saya bersama personel berusaha memadamkan api karena khawatir semakin menjalar ke hutan. Dan Alhamdulillah api sudah berhasil kita padamkan di wilayah-wilayah bagian jalur pendakian Senaru. Yang masih tersisa sekarang ini hanya asap yang ditiup angin saja,” ungkap Herman kemarin.
Jumlah personel gabungan yang ditugaskan memadamkan api dari jalur pendakian Senaru mencapai ratusan. Selain dari kepolisian dan TNI, tim juga dibantu personel yang dikirim pelaku wisata di Senaru. “Kita terus pantau kondisi Karhutla yang sementara ini terpantau sudah padam. Saya bersama tim juga menginap untuk memastikan api bisa dipadamkan,” kata Herman yang memimpin langsung tim pemadaman jalur utara ini.
Ditambahkan Kabag Ops Polres Lombok Utara, Kompol P Gultom, kekuatan personel yang turun memadamkan api di TNGR sebanyak 131 orang. Terdiri dari jumlah personel Polres Lombok Utara 20 orang, Ditsabhara Polda NTB 40 orang, Brimob 27 orang. Sedangkan dari personel TNI sebanyak 30 orang bersama anggota TNGR 8 orang. ‘’Dari pelaku wisata di Senaru Rudy Tracker mengirim sebanyak 6 orang karyawannya,” sebutnya.
Dijelaskannya, personel pemadaman api bergerak mulai dari lembah gunung Sangkareang. Mereka juga membuat kanalisasi atau sekat bakar dengan tujuan memutus rangkaian api. “Sejumlah titik api sudah berhasil kami padamkan. Yang tersisa saat ini hanya asap yang ditiup angin. Namun kami tetap siaga karena kuatir ada spot-spot baru yang terbakar,” jelasnya.
Di sisi lain, kebakaran kawasan hutan TNGR ini memicu turunnya jumlah kunjungan wisatawan di Lombok Utara. Pengaruh kunjungan bencana itu tidak bisa dihalangi, karena tidak terencana. ‘’Pasti berpengaruh terhadap wisatawan,” kata Kepala Disbudpar KLU, Vidi Ekakusuma.
Pihaknya sendiri menunggu lama pembukaan pendakian jalur Senaru pascagempa. Sudah dibuka beberapa bulan, kini ditutup lagi. Jelas itu kembali memengaruhi angka kunjungan. “Kita sangat prihatin terhadap kondisi ini,” ucapnya.
Vidi mengaku sudah mulai membenahi beberapa fasilitas pendukung di Senaru, seperti jalur trekking ke TNGR. Ia pun berharap kepada pemerintah yang lebih tinggi agar memiliki sistem mitigasi kebencanaan yang baik. Misalnya untuk para pendaki. “Kita beharap juga memiliki crisis center kepariwisataan sesuai amanat peraturan Kemenpar,” harapnya.
Pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan Balai TNGR serta lembaga lainnya agar pemadaman bisa tuntas sehingga kegiatan kepariwisataan kembali normal seperti sediakala. “Mudah-mudahan apinya segera padam,” imbuhnya.
Kabid Pemasaran dan Promosi Disbudpar Setiadi menegaskan, target kunjungan wisatawan tahun ini sebanyak 800 ribu. Namun baru tercapai 400 ribu lebih. Dengan adanya penutupan pendakian, otomatis target wisatawan semakin sulit di tengah upaya membangkitkan pariwisata pascagempa. “Memang ada pengaruh, tapi kita langsung antisipasi dengan event kebudayaan di Gili Trawangan,” tegasnya.
Sementara kebakaran kawasan hutan Gunung Tambora Kabupaten Dompu, diklaim sudah mulai padam. Personel Polres dan Kodim 1614 Dompu kembali turun memadamkan api pascakebakaran lahan milik PT SMS. Upaya pemadaman tersebut dilakukan untuk memastikan tidak ada titik api baru yang dapat menimbulkan kebakaran baru.
Tim gabungan TNI dan Polri tiba di lokasi kebakaran, sekitar pukul 10.30 Wita. Dalam aksi tersebut sejumlah mobil tangki dan alat bantu pemadaman dikerahkan. “Mobil tangki sebanyak 5 unit. Masing-masing dari Polres, TNT dan PT SMS. Kemudian mobil patroli serta alat bantu pemadaman lain,” jelas Kasubag Humas Polres Dompu IPTU Sabri.
Sebelum dilakukan pemadaman, tim terlebih dahulu melakukan pemantauan titik api yang masih menyala. Kemudian, tim berpencar di tiap titik api untuk dilakukan pemadaman. “Kita pastikan semua area terpantau, supaya tidak ada lagi titik api baru yang dapat menimbulkan kebakaran baru,” jelas Sabri.
Upaya pemadaman dilakukan dengan menyemprotkan air menggunakan selang panjang. Ada juga sebagian menggunakan kain tebal basah. “Kita pantau titik api lebih dulu, baru dilakukan pemadaman,” tandasnya. (lie/flo/jw)
Sumber: https://radarlombok.co.id/rinjani-masih-menyala-tambora-masih-terpantau.html