Budaya literasi makin luntur di era gawai atau gadget. Hampir semua orang selalu menyalahkan teknologi sebagai penyebab anak tidak mau membaca, apalagi menulis. Apakah memang seperti itu kondisinya?
Gawai tidak sepenuhnya menjadi penyebab rendahnya literasi di Indonesia. Beberapa penyebab lainnya antara lain belum terbiasa, belum termotivasi, dan sarana yang minim. Akan tetapi, hal tersebut semestinya tidak menjadi persoalan jika diimbangi dengan usaha untuk membangun budaya literasi. Berikut ini adalah 7 (tujuh) cara untuk membangun budaya literasi di era gawai.
1. Tumbuhkan Kesadaran Pentingnya Membaca
Kesadaran akan adanya manfaat sangat penting agar anak suka membaca. Tidak hanya menghabiskan waktu, hobi membaca memiliki banyak keuntungan. Dengan membaca, Anda akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan menyeluruh. Membaca juga sangat efektif untuk me-recall memori. Beberapa ahli mengatakan, membaca menjauhkan kita dari demensia—kerusakan pada sistem syaraf yang salah satu dampaknya adalah penurunan daya ingat.
Menumbuhkan kesadaran membaca dapat dimulai dari keluarga. Misalnya, orangtua menyediakan buku bacaan di rumah. Hal tersebut tentu saja diimbangi dengan kerelaan orangtua menyisihkan uang untuk membeli buku. Disinilah peran orangtua sangat diperlukan untuk membangun budaya literasi.
2. Budayakan Membca di Sekolah
Sekolah merupakan sarana pendidikan formal. Oleh karena itu, sekolah dapat dijadikan tempat untuk membudayakan membaca. Hal tersebut sangat berkaitan dengan peran guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis literasi. Guru menyajikan materi secukupnya, siswa yang mengembangkan. Tugas guru adalah membimbing pekerjaan siswa agar tepat. Belajar Bahasa Indonesia sangat cocok untuk untuk membiasakan literasi karena di dalamnya terdapat kompetensi dasar membaca dan menulis. Meskipun begitu, seluruh mata pelajaran tetap dapat diintegrasikan dengan budaya membaca.
3. Optimalkan Peran Perpustakaan
Peran perpustakaan juga sangat penting untuk meningkatkan gerakan literasi. Perpustakaan merupakan gudang buku, sedangkan buku adalah sumber bacaan dan tulisan. Hal yang perlu diperbaiki saat ini adalah memaksimalkan peran perpustakaan untuk membangun budaya literasi. Misalnya, menambah koleksi buku, memperbaiki tatanan perpustakaan, atau menambah jam kunjungan. Semua upaya tersebut dilakukan agar perpustakaan menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Perpustakaan yang harus dioptimalkan tidak hanya yang ada di sekolah, tetapi juga daerah.
4. Biasakan Hadiah Berupa Buku
Salah satu hal yang dapat dibiasakan agar tercipta budaya literasi adalah membiasakan memberikan buku sebagai hadiah. Misalnya, saat teman Anda ulang tahun, atau sekadar kado untuk sahabat atau orang tersayang. Dengan begitu, secara tidak langsung Anda sudah mengajak teman untuk membaca.
5. Bentuklah Komunitas Baca
Komunitas baca merupakan perkumpulan orang-orang yang gemar membaca. Apakah Anda memilikinya? Atau mungkin Anda memiliki teman-teman yang sama-sama suka membaca. Anda dapat membentuk suatu komunitas untuk membahas buku yang baru saja dibaca. Komunitas tersebut juga bermanfaat agar Anda memiliki referensi-referensi terbaru seputar buku-buku yang Anda suka.
6. Biasakan Menulis Buku Harian
Literasi itu tidak hanya membaca, tetapi dilanjutkan dengan menulis. Pembiasan menulis dapat dimulai dengan buku harian. Pada era sekarang ini, dapat dimulai dengan menulis blog. Menulis didahului oleh kegiatan membaca karena keduanya merupakan keterampilan berbahasa yang berkesinambungan. Oleh karena itu, orang yang terampil menulis biasanya juga pembaca yang baik.
7. Hargai Karya Tulis
Langkah berikutnya untuk membangun budaya literasi adalah menghargai karya tulis. Dengan menghargainya, berarti Anda mendukung budaya menulis akademik tumbuh dengan baik di negara kita. Lahirnya ide-ide yang cemerlang untuk mengatasi persoalan bangsa lahir dari suatu tulisan ilmiah.
Tulisan tersebut didapatkan melalui riset sehingga relevan diterapkan untuk mengatasi persoalan. Menghargai karya tulis merupakan salah satu langkah untuk memajukan budaya literasi di Indonesia.
Di masa sekarang, anak-anak lebih akrab dengan telepon genggam daripada buku. Berbagai permainan dan media sosial yang ditawarkan memang sangat menarik. Akan tetapi, membaca dan menulis juga tak kalah menarik jika dibiasakan sejak dini.